Gambaran
Gunung Agung (3,142 m dpl) adalah gunungapi aktif yang terletak di Kabupaten Karangasem Bali. Pasca erupsi Juni 2018 cukup besar, sejak awal tahun 2019 G. Agung sudah beberapa kali erupsi abu dengan waktu jeda berkisar 7 hari hingga 3 minggu. Pada 18 Mei 2019 terjadi erupsi tipe strombolian, pasca erupsi tersebut G. Agung mengalami erupsi lagi pada 24 Mei 2019, yaitu Pukul 19:23 WITA dengan tinggi kolom abu 2000-2500 m di atas puncak gunung. Berikut ini disampaikan evaluasi aktivitas G. Agung terkini.
Data Pemantauan:
(1) Secara visual, aktivitas permukaan masih didominasi oleh kejadian erupsi maupun hembusan. Dalam 1 (satu) bulan terakhir teramati 6 kali erupsi dengan skala kecil. Pada tanggal 24 April 2019, sejak pukul 00:00 WITA hingga saat ini erupsi terjadi sebanyak 6 kali. Erupsi terakir terjadi pada 24 Mei 2019 pukul 19:23 WITA dengan tinggi kolom abu teramati ± 2500 m di atas puncak (± 5.642 m di atas permukaan laut). Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong kearah barat dan baratdaya. Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 30 mm (overscale) dan durasi ± 4 menit 30 detik.
(2) Secara seismik, aktivitas Gunung Agung masih didominasi oleh gempa-gempa dengan konten frekuensi rendah yang mencerminkan aktivitas di kedalaman dangkal berupa Gempa Hembusan dan sesekali terjadi Gempa Letusan. Kegempaan frekuensi tinggi yang mencerminkan peretakkan batuan di dalam tubuh gunungapi akibat pergerakan magma di bawah permukaan berupa Gempa Vulkanik Dalam maupun Vulkanik Dangkal masih terekam dengan intensitas relatif rendah. Dominannya kegempaan dengan konten frekuensi rendah dibandingkan dengan konten frekuensi tinggi mencerminkan bahwa aliran fluida magmatik kepermukaan relatif lancar karena sistem cenderung terbuka.
(3) Secara deformasi, dalam 1 (satu ) bulan terakhir Gunung Agung mengalami fluktuasi berupa inflasi (penggembungan). Volume magma yang bergerak di bawah permukaan teramati dalam jumlah yang kecil (kurang dari 1 juta meter kubik). Data deformasi masih mengindikasikan aktivitas Gunung Agung masih belum stabil dan masih berpotensi terjadi erupsi dengan skala kecil.
(4) Secara penginderaan jauh, citra satelit termal mengindikasikan masih adanya hotspot (titik panas) di kawah Gunung Agung terutama pada bagian lava yang berbatasan dengan dinding kawah dan di tengah bagian kawah. Hal ini mengindikasikan masih adanya pergerakan fluida magma kepermukaan namun dengan laju rendah. Kubah lava di dalam kawah masih relatif tidak berubah dari periode erupsi 2017-2018 yaitu sekitar 25 juta m3 atau sekitar 40% dari volume kosong kawah.
Analisis:
(1) Gunung Agung masih berpotensi untuk terjadi erupsi baik secara eksplosif skala kecil (Strombolian maupun abu) maupun secara efusif (aliran lava di dalam kawah).
(2) Evaluasi data pemantauan terkini mengindikasikan bahwa potensi untuk terjadinya erupsi besar masih belum teramati.
(3) Aktivitas Gunung Agung masih berada dalam kondisi yang dinamis dan trend aktivitas dapat berubah sewaktu-waktu.
Potensi bahaya:
Ancaman bahaya yang paling mungkin terjadi saat ini berupa lontaran batu/lava pijar di dalam hingga keluar kawah, maupun hujan pasir dan abu yang arah penyebarannya bergantung pada arah dan kecepatan angin. Lahar hujan dapat terjadi jika terjadi hujan dan membawa material erupsi melalui aliran-aliran sungai yang berhulu di puncak Gunung Agung. Emisi gas vulkanik beracun kemungkinan hanya berada di sekitar area kawah puncak.
Kesimpulan:
Aktivitas Gunung Agung masih belum stabil dan masih berpotensi terjadi erupsi sehingga disimpulkan tingkat aktivitasnya berada pada Level 3 (Siaga).
Rekomendasi:
(1) Masyarakat di sekitar G. Agung dan pendaki/pengunjung/wisatawan agar tidak berada, tidak melakukan pendakian dan tidak melakukan aktivitas apapun di Zona Perkiraan Bahaya yaitu di dalam area kawah G. Agung dan di seluruh area di dalam radius 4 km dari Kawah Puncak G. Agung. Zona Perkiraan Bahaya sifatnya dinamis dan terus dievaluasi dan dapat diubah sewaktu-waktu mengikuti perkembangan data pengamatan G. Agung yang paling aktual/terbaru.
(2) Masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di sekitar aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung agar mewaspadai potensi ancaman bahaya sekunder berupa aliran lahar hujan yang dapat terjadi terutama pada musim hujan dan jika material erupsi masih terpapar di area puncak. Area landaan aliran lahar hujan mengikuti aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung.
(3) Mengingat masih adanya potensi ancaman bahaya abu vulkanik dan mengingat bahwa abu vulkanik dapat mengakibatkan gangguan pernapasan akut (ISPA) pada manusia, maka diharapkan seluruh masyarakat, utamanya yang bermukim di sekitar G. Agung agar senantiasa menyiapkan masker penutup hidung dan mulut maupun pelindung mata sebagai upaya antisipas ipotensi ancaman bahaya abu vulkanik.
(4) Pemerintah Daerah, BNPB dan instansi/lembaga terkait lainnya agar terus menjaga komunikasi di antara pihak-pihak terkait mitigasi bencana letusan G. Agung sehingga proses diseminasi informasi yang rutin dan cepat dapat terus terselenggara dengan baik.
(5) Seluruh pemangku kepentingan di sector penerbangan agar tetap mengikuti perkembangan aktivitas G. Agung secara rutin karena data pengamatan dapat secara cepat berubah sehingga upaya-upaya preventif untuk menjamin keselamatan udara dapat dilakukan.
(6) Seluruh pihak agar tetap menjaga kondusivitas suasana di Pulau Bali, tidak menyebarkan berita bohong (hoax) dan tidak terpancing isu-isu tentang erupsi G. Agung yang tidak jelas sumbernya.
Sumber Data:
Pusat Vulkanologidan Mitigasi Bencana Geologi
Badan Geologi
Kementerian Energi dan SumberDaya Mineral
Tidak ada komentar:
Posting Komentar