Sabtu, 06 Juli 2019

MENGENANG ALM SUTOPO PURWONUGROHO SOSOK YANG SANGAT BERDEDIKASI DIBIDANG KEBENCANAAN


Sutopo lahir di Boyolali, Jawa Tengah, pada 7 Oktober 1969. Ia merupakan anak pertama Suharsono Harsosaputro dan Sri Roosmandari. SD, SMP, dan SMAnya itu ia jalani di kampung halamannya.
Ia memperoleh gelar S-1 geografi di Universitas Gadjah Mada pada 1993, dan ia menjadi lulusan terbaik di sana pada tahun itu. Ia memeroleh gelar S2 dan S3 di bidang hidrologi di Institut Pertanian Bogor. Menurut sebuah wawancara Sutopo bersama dengan detik.com, ia hampir menjadi profesor peneliti pada 2012 tapi dikandaskan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia karena statusnya sebagai peneliti Badan Pengkajian dan Penelitian Teknologi (BPPT) yang bekerja di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Setelah lulus, ia mulai bekerja di BPPT pada 1994. Ia kemudian bekerja pada bidang penyemaian awan. Perlahan-lahan, ia mulai naik pangkat ke Peneliti Senior Utama (IV/e). Kemudian, ia membantu BNPB sebelum bekerja secara penuh di sana pada Agustus 2010. Awalnya, ia bekerja pada Direktur Pengurangan Risiko Bencana. Di bulan-bulan pertama ia bekerja, terjadi bencana-bencana terkenal yang menerjang Indonesia seperti banjir di Wasior, gempa bumi dan tsunami di Mentawai dan erupsi Gunung Merapi. Ia menjadi Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat di November pada tahun itu. Menurut Sutopo, ia menolak posisi tersebut 3 kali, sebelum menerima bahwa ia ditunjukkan S3nya, berkata bahwa orang akan memercayainya lebih karena itu. Karena ia dikenal aktif memberitakan bencana di media sosial ketika sedang berlangsung, The Straits Times menyebutnya sebagai "pejabat Indonesia yang paling sering dikutip dalam berita selama bencana berlangsung". Selama kerjanya di BNPB, ia diberi penghargaan "Public Campaigner" pada 2014.

Pada 2016, ketika Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengkritik lembaga penanganan bencana provinsi, Sutopo malah membenarkan kata-kata gubernur tersebut, mengatakan bahwa kritik tajam itu mustilah dianggap sebagai kritik yang membangun. Pada tahun berikutnya, setelah Ahok ditangkap dan ditahan karena kasus penistaan agama, Sutopo menggunakan akun Twitternya untuk memuji secara terbuka keberhasilan Basuki dalam menekan banjir Jakarta ketika Basuki menginjak hari jadinya yang ke-51.
Ia juga mengajar di IPB, Universitas Indonesia, dan Universitas Pertahanan Indonesia.


Sutopo menikah dengan Retno Utami Yulianingsih, dan mereka memiliki 4 orang anak hasil dari pernikahan itu.
Pada Januari 2018, Sutopo mengumumkan bahwa ia mengidap kanker paru-paru stadium IV dan masih berada di bawah tahap perawatan. Keluarga dan dokternya telah memintanya untuk berhenti beraktivitas, namun ia menolak, meskipun sakit. Karenanya ia juga terpaksa pakai morfin. Ia juga masih tetap bersemangat dan tak pernah surut, terutama jika berbicara dengan wartawan. Ia diketahui masih aktif memantau bencana di media sosial, menyediakan informasi, dalam berbagai kejadian, serupa tenggelamnya KM Sinar Bangun dan gempa Lombok pada 2018. Namun begitu, kegiatannya berkurang jauh, dan kini waktunya hanya terbatas pada kerja kantor saja.


"Telah meninggal dunia Bapak @Sutopo_PN , Minggu, 07 July 2019, sekitar pukul 02.00 waktu Guangzhou/pukul 01.00 WIB. Mohon doanya untuk beliau," tulis Direktorat PRB melalui akun Twitter-nya, Minggu (7/7/2019).
Kepala Pusat Data dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho meninggal dunia dini hari tadi. Sang pejuang bencana itu meninggal dalam perjuangannya melawan kanker paru-paru saat dirawat di rumah sakit di Guangzhou, China.

"Selamat jalan pak Topo, semoga mendapat tempat sesuai amal budi bpak kepada negara dan bangsa dan semoga apa yang sudah bapak berikan kepada kami semua dibidang kebencanaan dapat kami teruskan kepada generasi kita berikutnya"





Tidak ada komentar:

Posting Komentar